Jumat, 03 Maret 2017

Menjelajahi Sai Kung dengan rekomendasi warga lokal

Hong Kong adalah salah satu kota besar dan dikenal sebagai kota Metropolitan, namun ternyata juga memiliki banyak hal untuk dijelajahi, jika saja kita tahu tempat yang tepat. Maka mendapatkan rekomendasi dari orang lokal menjadi hal yang menyenangkan. Karena sebuah perjalanan akan menjadi semakin menarik jika kita bisa melihat segala-sesuatu dari kacamata orang lokal.







4 tahun lalu saya bertemu Ester untuk pertama kalinya. Ia adalah penggiat heritage yang bermukim di Hong Kong. Di sana, Ester dan teman-teman mengembangkan sebuah aplikasi yang berisi peta jelajah yang dapat dilakukan dengan berjalan kaki ke tempat-tempat otentik di Hong Kong.  Di sela-sela pekerjaan kami, saya mendapat banyak cerita mengenai Hong Kong dan membuat saya ingin mengunjunginya.



“Jika suatu hari kamu berkunjung ke Hong Kong, datanglah ke Sai Kung” Kata Ester. Sai Kung adalah sebuah daerah yang terdapat di wilayah “New Territories” menjadi pilihan Ester dan tim untuk dibuatkan jalur jelajah dan aplikasinya. “Kamu hanya perlu sekitar 2 jam untuk mengelilinginya dan jangan takut karena rute menuju Sai Kung juga mudah” lanjut Ester. Menurutnya, Sai Kung adalah tempat yang tepat jika ingin merasakan kehidupan masyarakat lokal. Apalagi atmosfir yang ditawarkan sungguh berbeda dari Hong Kong pada umumnya. “Ritme hidup di Sai Kung terasa lebih lambat” begitu kata Ester. Alasan lainnya adalah karena Sai Kung dikelilingi oleh taman nasional yang luas, pantai, pelabuhan, pulau hingga kota tua dan bangunan heritage.

Untuk menjelajahi Sai Kung, mulailah dari Tin Hau Tempel sebuah Klenteng yang dibangun untuk menghormati  Dewa Laut. Terletak di Po Tung Road dan buka dari pukul 08.00 hingga pukul 5 sore. Klenteng yang merayakan 1 abad pada tahubn 2016 lalu ini sebetulnya merupakan gabungan dari 2 buah klenteng yang dijadikan satu pada tahun 1916. Ada satu rahasia di klenteng ini, bagi mereka yang telah selesai melakukan ritual pembakaran dupa dan berdoa  akan pergi menuju ruangan tidur Tin Hau. Mereka percaya bahwa siapa yang berhasil menemukan kacang dibawah kasur Tin Hau maka akan segera memiliki bayi.  Selain itu, jika berkunjung di tanggal 3 bulan tiga kalender imlek maka lautan turis nampak di Klenteng ini untuk melihat festival Tin Hau. Awalnya festival ini hanyalah sebuah ritual memohon berkah, mendapat tangkapan yang banyak dan dapat kembali dengan selamat setelah bekerja menangkap ikan yang dilakukan oleh para nelayan tetapi saat ini orang-orang akan datang berduyun-duyun untuk memohon keselamatan.


Festival Tin Hau. sumber: http://www.discoverhongkong.com/eng/see-do/events-festivals/chinese-festivals/birthday-of-tin-hau.jsp
Tin Hau Temple. Sumber:https://www.shutterstock.com/image-photo/tin-hau-temple-sai-kung-hong-141543997?src=RkYNEhxDwpXwQsNuyrhLOA-1-0

Sebagai daerah yang dekat dengann pelabuhan, maka tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Sai Kung jika belum mendatangi Pasar Ikan. Tetapi mampirlah sejenak ke Anchor Man, sebuah toko yang menyediakan perlengkapan bagi Anda yang ingin melakukan penjelajahan dengan kapal. Lokasinya berada di 2A Hoi Pong Street dan buka setiap hari pada pukul 10.00-17.00. Segala macam jenis tali, pelampung bahkan jangkar berbagai ukuran dapat ditemui di sana. Sementara itu, pasar ikan selalu dipenuhi oleh banyak aktifitas. Selain jual beli serta tawar menawar, ada perahu-perahu yang datang untuk menurunkan hasil tangkapan, memasukkannya ke tangki dan mengirimkan ikan segar ke hotel, restoran dan supermarket di Hong Kong.





“Jika lokasi ini dekat dengan pelabuhan, berarti ada banyak kapal. Apakah kita bisa naik kapal juga” tanyaku pada Ester. “Oh tentu saja, ketika kamu tiba di pelabuhan carilah sebuah meja hijau yang dijaga oleh seorang wanita paruh baya, di sana kamu bisa memesan sampan” jawan Ester. Yim Tin Tsai, sebuah pulau yang terletak hanya 20 menit dari pelabuhan bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi dengan sampan. Menariknya, di pulau ini terdapat sebuah desa yang dahulu dihuni sekitar 1000 orang dari suku Hakka namun kini seperti ditinggalkan. Tumbuhan liar perlahan menutupi rumah-rumah, kini semakin mirip dengan hutan dan seperti menarik pengunjung kembali ke masa lalu. Destinasi utama adalah st. kapel joseph , sebuah kapel sederhana yang telah mendapatkan penghargaan sebagai situs warisan dunia pada tahun 2005. Selain itu, Ester pun memberitahu saya sebuah rahasia. Sebelum pergi dengan sampan, mintalah si Ibu untuk membawa tur mengelilingi pelabuhan, dan kita bisa semakin mengenal daerah Sai Kung dari cerita si Ibu. Biasanya untuk tur ekstra ini ada biaya sekitar 100-150 dolar Hong Kong yang harus dibayarkan tetapi itu semua tergantung dari kemampuan tawar-menawar kita.



“Bagaimana dengan makanan, apa yang akan kamu rekomendasikan untuk saya? Tanyaku lagi. Pertanyaan sederhana yang dijawab Ester dengan menunjukkan sebuah video. Hakka Snack / Mrs. Hui Traditional Chinese Rice Dumplings yang terletak di 21 See Cheung Street menjadi rekomendasi Ester.  Toko yang buka dari pukul 10 pagi hingga 6.30 sore ini menawarkan berbagai macam jajanan khas Sai Kung yang terbuat dari tepung beras dengan aneka rasa, ada yang manis dan ada yang asin. “Kamu tidak akan menemukan snack yang sesehat ini.” Lanjut Ester.  Bagaimana tidak sehat, bahan-bahan pembuatan penganan ini organik, selain tepung beras ada juga kacang-kacangan, biji-bijian, dan herbal. Rice Dumpling yang disediakan memiliki rasa yang segar karena dibuat langsung di dapur yang berada di belakang toko, dikukus dalam keranjang bambu dan disajikan dengan sangat menarik. Baunya menggoda selera, lembut dan kenyal ketika digigit tetapi terasa lumer didalam mulut. Kesukaan Ester adalah “black rice dumpling with crushed sesame and peanut”. Harganya hanya 13 dolar Hong Kong untuk 1 paket isi 2.




Sai Kung menawarkan pesona lokal pada mereka yang ingin memiliki arti lebih dalam perjalannya. Ada 35 tempat yang direkomendasikan oleh warga lokal Sai Kung yang terdiri dari objek wisata, makanan, minuman, tempat berbelanja dan hal-hal unik yang bisa menjadi kejutan. Saya pun rasanya tak sabar menginjakkan kaki di Sai Kung, berjalan dari satu gang ke gang lainnya, melompat dari satu tempat ke tempat lainnya, membaur dengan masyarakat dan mendengar cerita langsung dari sumbernya, jika saja saya mendapat kesempatan mengunjungi Hong Kong. 


Bersama Anne, salah satu staff  I Discovery City Walks Hong Kong







 “Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog   #WegoDiscoverHK"